BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan kami, suku Al-Houthi (Ansarullah) hanyalah
satu dari sekian banyak aktor yang terlibat konflik di Yaman dan awalnya tidak
dominan. Yaman sejak awal telah dilanda konflik internal yang ruwet, melibatkan
sangat banyak suku, ‘aliran agama’, kelompok bisnis, dan dinasti/keluarga (yang
saya tulis di atas hanya ringkasan saja). Namun, kesolidan dan strategi
Ansarullah dalam membangkitkan kekuatan rakyat tertindas rupanya berhasil
membawa mereka naik ke permukaan melawan dominasi elit yang berkuasa selama 37
tahun terakhir. Dan ‘gara-gara’ kelompok ini bermazhab Syiah, dengan segera isu
yang dimainkan adalah isu mazhab.
Namun yang perlu dicatat,
lihat lagi peta Yaman-Arab Saudi (lampiran), potensi ekonomi dan geopolitik
yang sangat besarlah yang menjadi pivotal
factor bagi negara-negara
kuat untuk menggelontorkan dana sangat besar untuk membiayai faksi-faksi yang
berseteru di Yaman.
Aktor asing terkuat di Yaman, tentu saja AS, yang sejak 2001
menggelontorkan ratusan juta dollar (triliunan rupiah) untuk rezim Saleh. AS
juga menginvestasi dana dan perlengkapan militer tercanggihnya di Pulau
Socotra. Di saat yang sama, AS meraup untung besar dari perdagangan senjata ke
negara-negara Arab dan Teluk. Kemudian ketika pemerintahan boneka terbentuk,
perusahaan-perusahaan AS pula yang dipastikan akan mendapatkan berbagai kontrak
infrastruktur dan minyak (seperti yang terjadi di Libya dan Irak).
Untuk
penyelesaian konflik Arab Saudi—Yaman ini, berbagai pihak ikut ambil bagian
dalam mengusahakannya. PBB pun ikut ambil bagian dalam upaya menciptakan
perdamaian di sana. Indonesia juga ikut mengupayakan agar segera tersselesaikan
konflik antara Arab Saudi dengan Yaman.
Berbagai
upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak demi meredakan konflik di tanah Arab
ini, namun hingga makalah ini dibuat, konflik ini belum juga menunjukkan adanya
titik perdamaian.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment