Monday, 13 July 2015

Makalah Mengenai Konflik Arab-Yaman (BAB IV)

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan kami, suku Al-Houthi (Ansarullah) hanyalah satu dari sekian banyak aktor yang terlibat konflik di Yaman dan awalnya tidak dominan. Yaman sejak awal telah dilanda konflik internal yang ruwet, melibatkan sangat banyak suku, ‘aliran agama’, kelompok bisnis, dan dinasti/keluarga (yang saya tulis di atas hanya ringkasan saja). Namun, kesolidan dan strategi Ansarullah dalam membangkitkan kekuatan rakyat tertindas rupanya berhasil membawa mereka naik ke permukaan melawan dominasi elit yang berkuasa selama 37 tahun terakhir. Dan ‘gara-gara’ kelompok ini bermazhab Syiah, dengan segera isu yang dimainkan adalah isu mazhab.
Namun yang perlu dicatat, lihat lagi peta Yaman-Arab Saudi (lampiran), potensi ekonomi dan geopolitik yang sangat besarlah yang menjadi pivotal factor bagi negara-negara kuat untuk menggelontorkan dana sangat besar untuk membiayai faksi-faksi yang berseteru di Yaman.
Aktor asing terkuat di Yaman, tentu saja AS, yang sejak 2001 menggelontorkan ratusan juta dollar (triliunan rupiah) untuk rezim Saleh. AS juga menginvestasi dana dan perlengkapan militer tercanggihnya di Pulau Socotra. Di saat yang sama, AS meraup untung besar dari perdagangan senjata ke negara-negara Arab dan Teluk. Kemudian ketika pemerintahan boneka terbentuk, perusahaan-perusahaan AS pula yang dipastikan akan mendapatkan berbagai kontrak infrastruktur dan minyak (seperti yang terjadi di Libya dan Irak).
            Untuk penyelesaian konflik Arab Saudi—Yaman ini, berbagai pihak ikut ambil bagian dalam mengusahakannya. PBB pun ikut ambil bagian dalam upaya menciptakan perdamaian di sana. Indonesia juga ikut mengupayakan agar segera tersselesaikan konflik antara Arab Saudi dengan Yaman.
            Berbagai upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak demi meredakan konflik di tanah Arab ini, namun hingga makalah ini dibuat, konflik ini belum juga menunjukkan adanya titik perdamaian.


DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment

Total Pageviews