Monday, 25 March 2019



Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue (DEN) yang mempunyai gejala seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai leukopenia, trombositopenia, ruam dan diatesis hemorhagik. Penyakit ini disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue yang dapat menyebabkan menurunnya jumlah trombosit pada penderitanya. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang ketinggiannya lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut (Kristina 2004).

Seseorang yang menderita DBD mengalami perubahan dalam permeabilitas pembuluh darah. Dinding pembuluh darah menjadi mudah ditembus cairan tubuh yang berakibat kurangnya cairan dan oksigen dalam darah. Bila keadaan terus berlanjut dapat menyebabkan pendarahan, yang dapat menyebabkan kematian (Soedarmo 1988).Virus Dengue adalah anggota virus genus flavivirus dan famili flaviridae. 

Virus dengue termasuk dalam kelompok B arthropod borne virus (arbovirus) yang mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN- 2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di Indonesia, dan serotipe DEN- 1 dan DEN-2 merupakan serotipe yang paling banyak menyebabkan kasus DBD dan Dengue Shock Syndrome (DSS), sedangkan DEN-3 dan DEN-4 kemungkinanya sangat kecil (Institute of Biomedical Science 2004). 

Kasus DBD menjadi perhatian internasional dengan jumlah kasus mencapai 50 juta per tahun dan di Indonesia menjadi perhatian sejak memakan banyak korban jiwa (Suharmiati dan Handayani 2007). Tingkat kematian korban DBD per Januari 2007 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2006, dengan tingkat kematian mencapai 1.8 %. Sejak Februari 2006 sampai 31 Januari 2007 total penderita DBD di Indonesia mencapai 8.019 orang dan penderita yang meninggal sebanyak 144 orang (Departemen Kesehatan 2008).

DBD masuk ke Indonesia dengan ditemukanya kasus DBD di Surabaya dan Jakarta. Selama kurun waktu 20-25 tahun kasus DBD ini terjadi setiap lima tahun sekali. Menurut data yang ada selama tahun 1996- 2005 tercatat sebanyak 334.685 kasus DBD dengan jumlah penderita yang meninggal 3. 092 orang. Setiap tahun jumlah kasus DBD cenderung meningkat dan begitu juga luas wilayah yang terjangkit (Bermawie 2006).Akhir-akhir ini beredar berita bahwa bahan- bahan herbal yang terdapat di masyarakat, seperti jambu biji dan angkak dapat mengobati demam berdarah.

Beberapa penelitian sebelumnya seperti diinformasikan oleh Suharmiati dan Handayani (2007) bahwa daun jambu biji tua mengandung berbagai komponen yang berkhasiat untuk mengatasi DBD. Rombe (2005) dan Prabawati (2005) juga melaporkan bahwa angkak dan sari jambu biji dapat meningkatkan jumlah trombosit tikus putih. Tetapi bahan-bahan tersebut belum dapat dibuktikan khasiatnya secara ilmiah terhadap manusia.


Buah Jambu Biji Merah (Sumber: https://3.bp.blogspot.com/buah-jambu-biji-merah.jpg
)

Kali ini dengan pengalaman empiris atau hasil pengamatan penulis, penulis ingin membandingkan efek Buah Jambu Biji Merah dan Angkak terhadap tingkat penyembuhan pasien demam berdarah dengue.

Nah, beberapa saudara, keluarga, dan teman penulis beberapa kali sempat terserang penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk ini. Ketika mereka dirawat di rumah sakit atau pun di rumah, banyak yang menyarankan untuk mengkonsumsi jus jambu biji merah. Sayangnya, setelah mengkonsumsi jus buah jambu biji merah, sebagian besar dari mereka justru mengalami penurunan kesehatan. Dari yang sebelumnya merasa sudah cukup segar malah semakin lemas dan ada juga yang merasa gejala sakit lambung.

Setelah penulis analisa, ternyata, kandungan vitamin C dalam buah jambu biji merah yang cukup tinggi justru dapat menyebabkan gejala penyakit gastritis seperti magh dan tukak lambung. Bukan berarti bagi pasien yang tidak memiliki riwayat penyakit magh aman-aman saja mengkonsumsi buah berdaging merah muda cantik ini. Selain itu, penelitian yang telah dilakukan Agustinus pada 2009 lalu, menemukan bahwa pemberian sari jambu biji merah mempengaruhi presentase nilai trombosit dan hematokrit. Pemberian sari jambu biji merah terhadap pasien laki-laki dan perempuan mampu memperbaiki penurunan trombosit rata-rata berturut-turut sebesar 31.28% dan 23.6% dibandingkan kontrol. Sari Jambu biji merah mampu menurunkan hematokrit pasien laki-laki dan perempuan rata-rata sebesar 1.51% dan 10.94% dibandingkan dengan pasien kontrol. Hal ini tentu saja dapat memperburuk keadaan pasien dengan semakin menurunnya jumlah trombosit dalam darah pasien.

Biji Angkak Merah (Sumber: http://hspu.co.id/wp-content/uploads/2018/08/Beras-Merah-Angkak-Yubofast.png)

Sedangkan, menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh Ika Ayu Dewi Satiti pada 2011 ditemukan bahwa, kadar trombosit penderita DBD di Puskesmas Kediri lebih tinggi setelah mengkonsumsi sari angkak dibanding pasien yang tidak mengkonsumsi sari angkak. Selain dari penelitian tersebut, penulis sendir sudah membuktikan secara langsung pada orang-orang di sekitar penulis bahwa mereka yang mengkonsumsi angkak dinyatakan sembuh dari penyakit DBD lebih cepat dibanding yang tidak mengkonsumsi sari angkak.

Simpulan dari pembahasan kali ini adalah, angkak terbukti lebih baik untuk meningkatkan jumlah trombosit pasien DBD dibanding sari jambu biji merah. Namun, harap diperhatikan, bahwa dalam mengkonsumsi obat-obatan herbal harus dipisah atau diberi jeda dari saat mengkonsumsi obat kimia. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat kimia dan obat herbal yang mungkin menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. 

Total Pageviews